"Sesunguhnya Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambaNya".
“Sesungguhnya tidak ada beban yang bertambah berat, yang ada kekuatan kita lah yang semakin lemah untuk menopangnya,” (DeF).
Setidaknya
dua kalimat sakti itulah yang selalu mengembalikan semangat saya
ketika hari-hari yang saya jalani kurang begitu bersahabat. Kalau
bicara lelah, siapa yang tidak lelah, kalau bicara susah, siapa yang
belum pernah merasakannya. Lelah, susah, hanyalah bagaimana kita
menyikapinya. Bukankah manusia itu terbuat dari tanah lumpur? Yang saya
ketahui dari filosofi tanah lumpur adalah, apabila ia dalam keadaan
basah, maka ia akan selalu kembali ke bentuk semula, apabila ia dalam
keadaan setengah basah, maka ia bisa dibentuk apapun yang kita
inginkan, dan apabila ia dalam keadaan kering, maka ia akan mudah
hancur berkeping-keping apabila kita memaksa membentuknya. Jadi, jangan
biarkan kita ini seperti lumpur yang kering. Selalu basahi diri kita
dengan kalimat-kalimat optimisme yang akan selalu membentuk kita
kembali ke semula, atau kita bisa membentuk apapun diri kita sesuai
dengan yang kita inginkan.
Bukan
siang namanya kalau tanpa matahari, bukan malam namanya kalau tanpa
gelap, bulan ataupun bintang, dan bukan hidup namanya kalau tanpa
masalah. Biarkan semua itu saling melengkapi. Karena, seindah-indahnya
hidup adalah hidup yang saling melengkapi. Maka, tidak akan ada yang
namanya kekurangan. Karena, jatah yang diberikan Allah kepada
hamba-hambaNya sudah pas dan sesuai takaran. Jadi, tidak mungkin kurang,
terlambat ataupun kelebihan.
Sebaik-baiknya
manusia yang mengaku hamba Allah, adalah manusia yang menyadari untuk
apa ia dilahirkan. Kalau kita pernah mendengar ayat Allah yang berbunyi
“Dan Tidaklah Aku Menciptakan Jin dan Manusia Kecuali untuk Beribadah
Kepada-Ku” (Adz Dzariyat : 56). Maka, ibadah yang pertama kali yang
harus kita lakukan, adalah “Bersyukur”. Bersyukur karena kita telah
diciptakan dan dilahirkan ke dunia ini, sementara banyak bayi-bayi yang
sebelum lahir sudah dipanggil kembali oleh Allah. Wallahu’alam, apa
rahasia dibalik semua itu. Karena dengan kita menikmati hidup di dunia,
itu berarti Allah sudah memberikan kepercayaan kepada kita untuk
menerima ujian-ujianNya, menerima nikmat-nikmatNya dan menerima reward apabila
kita berhasil menjalankan apa yang diperintahkanNya. Jadi, jangan
sekali-kali kita menyesali kedatangan kita di dunia ini.
Bagiku,
hanya orang bodoh dan tidak berpikir logis yang mengatakan bahwa dunia
ini tidak adil. Dunia ini begitu adil, sangat adil. Apa yang kita
tanam, maka itu yang akan kita petik. Coba menanam timun, apabila kita
mananam dan merawat timun tersebut dengan baik, maka sudah dipastikan 3
bulan setelahnya kita akan panen timun. Adil bukan?
Bagiku,
itu filosofi yang sangat logis. Kebaikan yang kita tanam, akan
menghasilkan kebaikan, keburukan yang kita tanam, akan menghasilkan
keburukan. Apabila kita sudah terlanjur menanam keburukan, maka obat
satu-satunya, segera ambil obat pembasmi tanaman (tobat) atau kita bisa
mencabut tanaman keburukan tersebut satu-persatu. Dan setelahnya, ganti
dengan tanaman kebaikan, lalu rawatlah ia dengan baik agar tumbuh
subur dalam kehidupan kita.
“Apabila
kita berani meninggalkan satu keburukan, maka Allah akan menggantinya
dengan dua kebaikan,”. Selamat menghadapi tantangan berikutnya. Hadapi,
hayati, dan nikmati. Tetap semangat dan optimislah, karena hidup
adalah untuk melihat kenyataan. Wallahu’alam.
Salam Semangat Selalu
Adi Fikri Humaidi
No comments:
Post a Comment