*Oleh: Adi Fikri Humaidi
Sudah
bisa dipastikan nama Sukmawati Soekarnoputri akan populer dalam satu atau dua
minggu kedepan., mengingat namanya akan sering di sebut publik khususnya oleh netizen
karena pembacaan puisinya di acara ‘29 Tahun Anne Avantie Berkarya’ di
Indonesia Fashion Week 2018 yang di anggap menghina syari’at Islam dan suara
Adzan.
Penulis
pernah membaca sebuah keterangan yang disampaikan oleh Bernando J.Sujibto,
seorang penulis sekaligus peneliti, beliau berkata “Jangan pernah takut
menulis, namun jangan lupa kau punya tanggung jawab atas apa yang kau tulis”.
Lagi-lagi
terjadi, apa yang ditulis dan disampaikan oleh Sukmawati dalam puisinya kembali
membuka kisah 1 tahun yang lalu, dimana saat Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok
memasuki ranah yang sensitif bagi ummat Islam yaitu menyinggung soal syari’at
Islam, entah disadari atau tidak ucapan Ahok yang menyinggung salahsatu ayat
didalam Al Qur’an berdampak pada dirinya, sehingga kini Ahok harus mendekam di
penjara hingga saat ini karena ucapannya yang menyinggung syari’at.
Soal
Syari’at Islam jelas penulis berpendapat bahwa hal tersebut bukan sesuatu yang
bisa seenaknya di singgung apalagi jadi bahan perbandingan sampai ujungnya
menjadi seolah melecehkan. Yang disampaikan oleh Sukmawati dalam puisinya jelas
merupakan hal sensitf khususnya bagi ummat Islam, karena ada dua persoalan
syari’at yang disebutkan yaitu adzan dan cadar.
Penulis
kurang begitu memahami maksud dan tujuan sebenarnya dari puisi yang ditulis
sekaligus dibacakannya tersebut, meski dalam pemberitaan selanjutnya Sukmawati
berkata bahwa puisinya itu merupakan sebuah kejujuran dimana saat dia mendengar
suara adzan yang dianggap kurang merdu dengan suara ibu-ibu yang berkidung
(senandung) yang dianggapnya indah, dalam puisinya tersebut tanpa sadar
Sukmawati jadi membandingkan dua aktivitas yang jelas berbeda esensinya.
Membandingkan
suara Adzan dengan sebuah senandung jelas sesuatu yang kurang bijak jika kita
meninjau dari esensi keduanya. Adzan adalah soal syari’at dimana merupakan
sebuah panggilan untuk ummat Islam agar segera melaksanakan sholat, meskipun
ada ciri yang lain dari di kumandangkannya suara adzan, yaitu dalam kelahiran dan
kematian biasanya ada kumandang adzan. Jadi dalam hal ini adzan bukanlan
senandung yang dituntut harus merdu, yang terpenting dari sebuah adzan adalah
bacaan dan kalimatnya harus benar dan jelas sesuai syari’at. Sementara sebuah
kidung ataupun senandung karena dia merupakan murni yang lahir dari sebuah seni
(bukan syari’at). Jadi amatlah tidak bijak membandingkan sebuah syari’at dengan
seni. Begitupun saat Sukmawati membandingkan konde dengan cadar. Jelas ini
sesuatu yang salah kaprah. Cadar ketentuannya langsung dari syari’at, sementara
konde itu adalah budaya yang lahir dari adat istiadat setempat. Ya, adat
istiadat setempat, karena sepengetahuan penulis, hanya di Indonesia konde itu
ada. Sementara hijab dan cadar itu universal, ada bukan hanya di Indonesia
saja, dan penggunaannya sama mengacu ke soal syari’at Islam.
Teringat
pelajaran bahasa Indonesia soal etika dalam menulis dan membaca puisi, di antara
yang harus diperhatikan adalah Rima, Tipografi, Tema, Unsur Batin, Nada dan
Suasana. Dalam kesempatan ini penulis tidak akan membahas semua poin tentang
etika menulis dan membaca puisi. Tapi mari kita bahas sebagiannya saja soal
tema, nada dan suasana.
Dalam
pemilihan tema biasanya penulis puisi akan memilih tema terkini yang sedang
ramai dipersoalkan atau tema yang sesuai dengan karakter si pembuat atau pembacanya.
Karena nanti ini kaitannya bagaimana sebuah puisi bisa menyentuh saat
dibacakan.
pemilihan
tema pun harus diperhatikan pula saat membuat rangkaian kata-kata dalam
puisinya nanti. Sangat dianjurkan memilih kata-kata yang tidak tendesius,
meskipun mungkin dalam hal ini, sebagian seniman menganggap bebas-bebas saja
namanya juga seni. Tapi yang perlu diperhatikan dalam hal ini, seni di
Indonesia tetap harus memperhatikan etika dan budaya ketimuran yang sopan dan
ramah pada sesama.
Selain
soal tema perlu diperhatikan pula soal suasana, baik suasana perorangan ataupun
suasana sekitar pada saat puisi tersebut dibacakan. Dimana saat ini kita
menyadari bahwa Indonesia sedang sensitf sekali dengan isu toleransi beragama.
Maka wajar saat mendengar soal syari’at disinggung, secara naluri keagamaan, ummat
Islam akan merasa terusik. Diterima ataupun tidak ummat Islam saat ini masih
menjadi mayoritas di bumi Indonesia.
Memperhatikan
suasana juga penting sekali untuk mereka yang saat ini masih menganggap bahwa
orang berkesenian itu sah-sah saja mau menuangkan karyanya seperti apapun.
Sekali lagi ini kembali ke seoal etika dan kepekaan seorang seniman tentang
arti toleransi yang sebenarnya.
Toleransi
adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau
antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi
harus menghindarkan terjadinya diskriminasi sekalipun banyak terdapat kelompok
atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat (Wikipedia).
Jadi
jelas ya, berkesenian itu apapun bentuk dan jenisnya harus memperhatikan etika,
terlebih di Indonesia banyak memiliki keberagaman baik dalam soal beragama
maupun budaya dan adat istiadatnya. Jangan sampai karena kebebasan dalam
berkesenian menjadikan kita lupa memperhatikan apakah nanti sauadara saya yang
lain tersinggung dengan apa yang saya lakukan? Jadi tanyakan dulu sama hati
dengan suasana yang netral apa efeknya jika karya seni kita di munculkan ke
publik.
Bagi
masyarakat awam sperti penulis ini cukuplah dalam membuat sebuah karya kita
tidak dilandasi dengan kebencian atau ketidaksukaan kepada baik invidu ataupun
kelompok. Karena nantinya akan melahirkan sebuah karya yang tendensius dan
menyinggung yang hanya akan membuat gaduh suasana.
Sekali
lagi, etika dalam seni itu sangat dibutuhkan karena nanti akan membuat seorang
seniman lebih bertanggungjawab tentang hasil karyanya.
Diakhir
paragraph ini penulis ingin menukil terjemahan ayat Al Qur’an yang dikhususkan
untuk para penyair yang dihidup di masa Rasulullah SAW; “Dan penyair-penyair
itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya
mereka mengembara di tiap-tiap lembah dan bahwasannya mereka suka mengatakan
apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? kecuali orang-orang
(penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan
mendapat kemenangan sesudah menderita kezhaliman. Dan orang-orang yang zhalim
itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS
Asy-Syu’araa’, 224-227).
Jadi
mari kita bijak dalam berkarya dan bertindak. Cukup sudah bikin gaduh
Indonesia.
*Penulis adalah mahasiswa STIA Banten,
Aktif di Komunitas ODOJ Pandeglang.
epsa casino best bonus 2020
ReplyDeleteepsa casino best bonus 2020 · epsa casino best bonus 2020 · epsa casino best 카지노사이트 bonus 2020 · epsa casino best bonus 2020 septcasino · epsa casino best bonus 2020 · epsa casino best bonus 2020 · epsa 메리트 카지노 쿠폰 casino best bonus