Beberapa teman yang datang ke rumah ada yang bertanya soal nuansa di rumah saya yang serba hijau. "Ini kenapa hijau semua, ke warna-warna centong hijau semua". Maka biasanya saya akan jawab. "Mobil dan segala sesuatu yang berwarna hijau, termasuk warna rumah saya ini sudah lama berada dalam bayangan dan impian istri saya, bahkan bisa jadi impian-impian itu sudah ada jauh sebelum saya menikahinya. Maka, saat sekarang ada kesempatan dia untuk mewujudkan impiannya dan membuat nyata apa yang dia bayangkan, saya tidak mau menghalanginya atau menahannya dengan keegoisan saya, toh soal warna ini bukan masalah prinsip hidup. Jadi saya biarkan dia mewujudkan impian-impiannya, mewujudkan secara nyata apa yang pernah di bayangkan".
Kalau saya sendiri ditanya tentang warna kesukaan. Ya saya punya warna kesukaan, kalau gak hitam ya putih. Tapi sekali lagi, bagi saya itu bukan prinsip sesuatu yang harus keukeuh di pertahankan ketika istri saya lebih memilih warna hijau dibandingkan warna kesukaan saya.
Tugas dan kewajiban saya sebagai suami hanya memastikan, istri saya senang, istri saya happy, menikmati dari setiap pilihan-pilihannya.
Saya mengakui diri saya lemah. Saya lebih baik di marahi bos atau atasan selama seminggu dari pada gak di ajak ngomong sama istri satu jam saja. Bukan karena saya penakut, tapi karena emang efeknya sudah saya rasakan langsung, bahkan beberapa kali saya merasakan efeknya. Di cuekin apalagi di marahin istri itu efeknya kemana-mana. Berangkat kerja gak tenang, bawaannya emosi, gak fokus melakukan aktivitas. Justru aneh menurut saya kalau ada seorang suami yang di marahin atau di cuekin istrinya dia merasa biasa-biasa saja, masih bisa ketawa-tawa, masih bisa jalan dengan santai. Kalau saya enggak, saya lebih baik gak berangkat kerja atau aktivitas kalau kondisi istri di rumah saat saya mau berangkat masih dalam keadaan marah atau emosinya gak stabil.
Guru saya pernah bilang; beruntung kalau kamu kayak orang linglung saat lagi berantem sama istri, itu artinya antara kamu dan istrimu ada ikatan emosional.
Pernah dengar kisah tentang Khalifah Umar bin Khattab saat di marahi istrinya, dan Khalifah Umar lebih memilih diam mendengarkan keluh kesah dan luapan emosi istrinya. Bayangkang, seorang Khalifah Umar, orang yang gagah, penuh wibawa, ditakuti musuh, disegani kawan. Tapi saat istrinya marah, Khalifah Umar hanya bisa diam, tenang, meresapi setiap kata-kata yang keluar dari mulut istrinya. Wallahu'alam.
Pantas saja jika ada korelasinya antara lancarnya rezeki suami dengan kondisi istri di rumah. Gimana rezeki suami mau lancar, gimana pekerjaannya mau beres, jika emosi suami tidak kondusif, tidak stabil karena di sebabkan oleh kemarahan istrinya di rumah. Jadi, para suami kalau mau tenang dalam beraktivitas, lancar dalam mencari rezeki. Pastikan istrinya dalam keadaan bahagia di rumah. by Adi Fikri Humaidi
No comments:
Post a Comment